JANCUK-AN

si Manusia PKI
(Pengabdi Kepada Ilahiah)

Suatu sore 30menit menjelang petang. Jancuk-an sedang asyik bercengkrama di teras rumah keluarga sahabatnya, sebut saja namanya Anto. Tampak komunikasi yang hangat, sehangat kopi di sore itu.

Anto memiliki seorang kakak perempuan, walaupun kini sudah separuh baya namun, kecantikannya masih terlihat di wajahnya. Panggil saja, kakak cantik.

Sore itu mereka bercerita tentang harapan & tujuan di akhirat kelak. Keluarga sahabat kecil dari Jancuk (sapaan manjanya) memiliki tujuan yang sama, Surga. Dengan spontan Jancuk-an malah, memberikan jawaban yang berbeda dari kakak beradik tersebut.

"Kalo saya, bukan mengharapkan Surga sebagai tujuan utama mendapatkan imbalan/hadiah atas tawakalnya manusia kepada Robb-nya. Karena saya pribadi merupakan produk dari Sang Maha Pencipta. Sama seperti surga - neraka dan semesta raya beserta isinya. Kayaknya kurang afdol, sebuah produk mengagumi dan mengharapkan produk lain sebagai imbalan. Maka dari itu, harapan saya saat di akhirat nanti, imbalan/hadiahnya bisa bertemu dan bersanding dengan Sang Pencipta, yang telah menciptakan jagad raya dan seisinya. Hanya itu harapan saya..aamiin."

"Dasar gelo..!" Kata Sang Ibu Anto, yang mendengar diskusi ringan kami bertiga.

Jancuk-an meneruskan alasannya. "bukankah kita produk yang paling sempurna dari semua mahluk ciptaan yang lainnya. Dan rumah  manusia memang di Surga seperti pertama kakek moyang manusia diciptakan, Nabi Adam Alaihissalam dan Siti Hawa Alaihissalam.

Lalu yang menjadi pertanyaan, bagaimana caranya tidak tersesat ketika, kita pulang nanti ? Mendengar celotehan yang tidak perlu dijawab. Jancuk, yang berkulit dekil berambut jabrik dikenal oleh keluarga Anto, memiliki pola pikir yang ekstrim.

Masih dengan asumsi Jancuk-an. Sementara kita masih berada di dunia, yang harus diupayakan adalah menjaga hati untuk tetap bahagia, sambil terus belajar dan ihklas sembari mengaplikasikan 99 nama Allah dalam kehidupan sehari-hari, tentunya disesuaikan dengan segala situasi dan kondisi secara dinamis agar tercipta keseimbangan dalam hidup & kehidupan di dunia ini.

foto ilus:@cakgetuk

“Ilustrasi gampangannya, disetiap ruang jiwa kita butuh cahaya, agar senantiasa terang, cerdas dan bahagia. Cahaya itu juga bisa diraih melalui renungan, tafakkur supaya cahaya itu tetap hidup, seseorang harus menjaga terus dan menghidupkan jiwanya melalui Dzikrullah secara terus menerus didalam detak nadi walaupun sedang melakukan aktifitas sosial. Kelak ruang-ruang jiwa akan dipenuhi oleh khazanah ilmu pengetahuan, khazanah marifatullah, dan berbuah kesadaran membangunkan kualitas ruhaniyah kita!” cerocos Jancuk-an, sembari menghabiskan secangkir kopi yang disediakan Anto.

Saat asyik-asyiknya berasumsi, Kakak cantik mengingatkan. "Cuk... sebentar lagi Maghrib. Ayo.. bubar dulu, siap-siap Sholat Maghrib!. Dan ketika Sholat jangan mengharapkan Surga ya, cuk! Satu lagi, kalo pulang. Jangan sampe nyasar.." ujar sang kakak dengan nada menyindir, sembari tersenyum menutup diskusi saat itu. (advertising)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar