Seorang penulis opini kafiran
Terbukanya
informasi dunia digital, memang sangat dibutuhkan untuk masyarakat Indonesia
dalam pengetahuan, pendidikan dan hiburan. Peran media bisa mendewasakan serta mematangkan
karakter individu dalam menyaring beragam informasi yang diterima, hal tersebut
untuk mencerdaskan bangsa dengan maksud tercapainya kedaulatan negara yang
besar ini, di mata dunia.
Lalu
apa yang harus kita lakukan sebagai audience dan juga masyarakat konsumtif,
dalam menyikapinya situasi seperti ini ?, tidak perlu ribet. Yakinkan terlebih
dahulu pada diri sendiri bahwa Bhineka Tunggal Ika bukan sebuah selogan maupun
semboyan semata. Tetapi sebuah Ruh dalam wujud NKRI. Semua kandungan media
digital informasi yang kita terima pasti mengandung maksud / keinginan dari
pembuat pesan, baik itu kelompok atau individu.
Sebagai
penerima informasi (audience) harus bisa dan terbiasa menganalisa terlebih
dahulu, apakah pesan itu ada maksud mengotori Ruh-NKRI atau sebaliknya. Kalo mengotori
jangan di-share, cukup delete! Walaupun
informasi itu mengatas namakan isu ekonomi, Agama tertentu, Ras, Suku, bahkan mengatas
namakan Nasionalisme itu sendiri, atau isu apapun itu.
Asumsi
penulis, lima isu diatas tersebut, paling mudah digoreng dalam menciptakan aksi
mengerahkan masa dengan tujuan tertentu. Terlebih lagi di era seperti ini,
menciptakan opini publik itu sangatlah mudah dan banyak ragam dengan penyajian
yang provokatif berseliweran di jagad maya. (Masih ingatkan dengan kasus wiro sableng...?!)
Mari
kita kilas balik ke tahun 1960-an. Saat itu media tidak secanggih sekarang. Keberadaan
media cetak, radio dan televisi analog sangat berpengaruh untuk menciptakan
perubahan besar politik Indonesia, opini publik bisa terbangun melalui media. Jatuhnya kepemimpinan Ir. Soekarno beralih ke H.M Soeharto, Peran penting sebuah media
yang ada dimasa itu, sangat masif dikelompok aktifis.
Masa
orde baru kebebasan berpendapat sangat terikat dan terkekang. Berbagai media cetak
mengalami pencabutan ijin terbit dan edarnya secara paksa (diberedel) mengutip
dari berbagai sumber. (Tempo-1982) (Harian Indonesia Raya & Harian Abadi-1974).
Pemberedelan media massa saat itu mengulas tentang kasus sosial Malari 1974,
sampai dengan kasus korupsi, serta mengkritisi kebijakan pemerintah saat itu,
tanpa tedeng aling-aling langsung dibredel.
Ketatnya
media saat itu tidak menghentikan kelompok aktifis untuk memberikan informasi secara
terus menerus mengabarkan berbagai isu khususnya ekonomi dan mengkritik
kebijakan pemerintah dijaman orde baru. Pada tahun 1990-an banyak
selebaran/buletin stencyl (bukan karya enny
arrow – loh..!) beredar dikalangan kampus dan masyarakat yang isinya
propaganda untuk people power. Laksana bola salju yang terus bergulir hingga
puncaknya 21 mei 1998 orde baru mengalami transisi ke reformasi, Rakyat
Indonesia menuntut perubahan yang lebih baik.
Begitu
pula yang terjadi saat ini, keputusan mutlak ada ditangan Rakyat Indonesia. Tetapi
haruskah sebuah perubahan dilakukan berdarah-darah dengan mengorbankan saudara
sendiri dalam menggapai keinginan kelompok elit nasional. Jangan pernah kita
dimanfaatkan dan dimainkan oleh elit global dengan isu kesehatan dan ekonomi
yang beredar saat ini..?! Biarlah Bapak Proklamasi dan Bapak Pembangunan kita
menjadi sejarah kelam di negeri ini, jangan terulang lagi.
Marilah
kita buktikan bersama kembalilah sifat Manusia yang Manusiawi di bumi Nusantara
ini, tumbuhkan rasa sabar, toleransi hingga masa periodenya. Sambil merawat
sifat silih, asih, asuh dengan semangat bergotong royong membangun kelompok usaha
makro di lingkungan kecil sekitar kita. Calon pengganti sudah mempersiapkan
diri dan unek-unek penulis kepada calon presiden berikutnya (tidak usah disebut nama) tidak perlu menggunakan partai politik sementara ini. Saatnya kedaulatan NKRI ada di tangan Rakyat
Indonesia.
Tetaplah semangat calon
pemimpin bangsa yang ditakdirkan Allah untuk memberikan wawasan, pencerahan
dalam membangun geo-ekonomi, geopolitik serta wawasan berbangsa dan bernegara
secara beradab. Beri kami kesempatan waktu bersama rakyatmu untuk mengasah
intuisi agar semakin yakin melangkah bersama seiring sejalan menjemput takdir
negeri yang kita cintai ini..aamiin. **(advertise)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar