UNEK-UNEK PART 3

Oleh : Kutu kupret
Seorang penulis opini kafiran

Terbukanya informasi dunia digital, memang sangat dibutuhkan untuk masyarakat Indonesia dalam pengetahuan, pendidikan dan hiburan. Peran media bisa mendewasakan serta mematangkan karakter individu dalam menyaring beragam informasi yang diterima, hal tersebut untuk mencerdaskan bangsa dengan maksud tercapainya kedaulatan negara yang besar ini, di mata dunia.
                                          
Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai audience dan juga masyarakat konsumtif, dalam menyikapinya situasi seperti ini ?, tidak perlu ribet. Yakinkan terlebih dahulu pada diri sendiri bahwa Bhineka Tunggal Ika bukan sebuah selogan maupun semboyan semata. Tetapi sebuah Ruh dalam wujud NKRI. Semua kandungan media digital informasi yang kita terima pasti mengandung maksud / keinginan dari pembuat pesan, baik itu kelompok atau individu.

Sebagai penerima informasi (audience) harus bisa dan terbiasa menganalisa terlebih dahulu, apakah pesan itu ada maksud mengotori Ruh-NKRI atau sebaliknya. Kalo mengotori jangan di-share, cukup delete! Walaupun informasi itu mengatas namakan isu ekonomi, Agama tertentu, Ras, Suku, bahkan mengatas namakan Nasionalisme itu sendiri, atau isu apapun itu.

Asumsi penulis, lima isu diatas tersebut, paling mudah digoreng dalam menciptakan aksi mengerahkan masa dengan tujuan tertentu. Terlebih lagi di era seperti ini, menciptakan opini publik itu sangatlah mudah dan banyak ragam dengan penyajian yang provokatif berseliweran di jagad maya. (Masih ingatkan dengan kasus wiro sableng...?!)

Mari kita kilas balik ke tahun 1960-an. Saat itu media tidak secanggih sekarang. Keberadaan media cetak, radio dan televisi analog sangat berpengaruh untuk menciptakan perubahan besar politik Indonesia, opini publik bisa terbangun melalui media. Jatuhnya kepemimpinan Ir. Soekarno beralih ke H.M Soeharto, Peran penting sebuah media yang ada dimasa itu, sangat masif dikelompok aktifis.

Masa orde baru kebebasan berpendapat sangat terikat dan terkekang. Berbagai media cetak mengalami pencabutan ijin terbit dan edarnya secara paksa (diberedel) mengutip dari berbagai sumber. (Tempo-1982) (Harian Indonesia Raya & Harian Abadi-1974). Pemberedelan media massa saat itu mengulas tentang kasus sosial Malari 1974, sampai dengan kasus korupsi, serta mengkritisi kebijakan pemerintah saat itu, tanpa tedeng aling-aling langsung dibredel.

Ketatnya media saat itu tidak menghentikan kelompok aktifis untuk memberikan informasi secara terus menerus mengabarkan berbagai isu khususnya ekonomi dan mengkritik kebijakan pemerintah dijaman orde baru. Pada tahun 1990-an banyak selebaran/buletin stencyl (bukan karya enny arrow – loh..!) beredar dikalangan kampus dan masyarakat yang isinya propaganda untuk people power. Laksana bola salju yang terus bergulir hingga puncaknya 21 mei 1998 orde baru mengalami transisi ke reformasi, Rakyat Indonesia menuntut perubahan yang lebih baik.

Begitu pula yang terjadi saat ini, keputusan mutlak ada ditangan Rakyat Indonesia. Tetapi haruskah sebuah perubahan dilakukan berdarah-darah dengan mengorbankan saudara sendiri dalam menggapai keinginan kelompok elit nasional. Jangan pernah kita dimanfaatkan dan dimainkan oleh elit global dengan isu kesehatan dan ekonomi yang beredar saat ini..?! Biarlah Bapak Proklamasi dan Bapak Pembangunan kita menjadi sejarah kelam di negeri ini, jangan terulang lagi.

Marilah kita buktikan bersama kembalilah sifat Manusia yang Manusiawi di bumi Nusantara ini, tumbuhkan rasa sabar, toleransi hingga masa periodenya. Sambil merawat sifat silih, asih, asuh dengan semangat bergotong royong membangun kelompok usaha makro di lingkungan kecil sekitar kita. Calon pengganti sudah mempersiapkan diri dan unek-unek penulis kepada calon presiden berikutnya (tidak usah disebut nama) tidak perlu menggunakan partai politik sementara ini. Saatnya kedaulatan NKRI ada di tangan Rakyat Indonesia.

Tetaplah semangat calon pemimpin bangsa yang ditakdirkan Allah untuk memberikan wawasan, pencerahan dalam membangun geo-ekonomi, geopolitik serta wawasan berbangsa dan bernegara secara beradab. Beri kami kesempatan waktu bersama rakyatmu untuk mengasah intuisi agar semakin yakin melangkah bersama seiring sejalan menjemput takdir negeri yang kita cintai ini..aamiin. **(advertise)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar