Berbekal uang pesangon yang tidak seberapa ditambah pinjaman dari orang tuanya, dia mulai membuka usaha sangat kecil, di teras rumah orang tuanya Perkakas Ronggolawe di daerah Tambun Selatan. Warung cocktail milik sendiri dengan bahan baku fermentasi buah-buahan. Sesuai pendidikan SMK perhotelan serta pengalaman didunia bartender. Produk cocktail dikemas semenarik mungkin, lalu dititip jualkan kekios-kios, hotel, sebagian lagi dijual di warung miliknya dan online.
Sang waktu terus berlalu dengan angkuhnya. Sembilan bulan sudah Perkakas Ronggolawe menjalani usahanya. Penghasilan semakin hari semakin berkurang, banyak hotel dan usaha pub tempat dia menitip jual produknya tidak beroperasi karena berlakunya jam malam dari pemerintah daerah.
Sekarang dia mengandalkan penjualan di warungnya sendiri dan jual online melalui akun facebook miliknya. “Kurangnya daya beli serta ketatnya peraturan Pemerintah karena pandemi covid, saya tidak bisa berbuat banyak, Cak!. Sedangkan profesi yang saya geluti ini sudah lama. Usaha kecil ini untuk berkembang rasanya sulit, saat ini hanya bertahan dan mencoba mencari peluang baru,” Kata Perkakas dengan nada ihklas.
“kalau melalui facebook, ada yang beli tetapi tidak banyak, sebulan ada 3 pelanggan saya sudah bersyukur. Yang sulitnya, saya harus antar pesanan pelanggan itu sendiri, kalau dekat sich, gak masalah...! yang terjauh saya pernah antar ke daerah BSD Tangerang.” ujar Perkakas Ronggolawe, meneruskan ceritanya.
Menjual produk melalui facebook dengan sistem COD (Cash On Delivery) tidak selalu lancar dan mudah, banyak juga hambatannya. Seperti, alamat yang dituju fiktif. Pelanggan yang membatalkan pesanan ketika barang sedang dalam pengiriman. Kejadian seperti itu membuat dia kecewa dan nyaris frustasi tidak mau menjual secara online lagi.
Karena semangat yang kuat, dioptimalkannya aplikasi online tersebut. Perkakas Ronggolawe meminimalisir kerugian, tidak lagi membuat penawaran COD dia meminta pelanggan untuk mentransfer uang terlebih dahulu. Barang pesanan baru dikirim menggunakan jasa pengiriman barang.
Melalui Facebook itu pula dia mulai intens dan aktif, hampir setiap hari dia berselancar disana, memperluas jaringan. Hingga suatu ketika dia berkenalan dengan seorang wanita mantan pejabat disalah satu kementrian di era orde baru, yang merubah kesehariannya sebagai bartender menjadi seorang traveller.
Pulau selayar kecil, Labuan Bajo - NTT |
Walaupun mereka belum bertemu langsung namun komunikasi antara Perkakas dan Widya lancar harmonis dan mesra. Layaknya kaum Coronial saat ini yang lagi kasmaran, pacarannya secara virtual atau daring.
Lelah menjalin hubungan secara virtual, Widya memutuskan untuk
bertatap muka dengan Perkakas. Widya berinisiatif untuk menghabiskan akhir tahun 2020 didaerah
Labuan Bajo, tiket dan akomodasi selama disana sudah disiapkan oleh Widya saat
itu. Perkakas hanya mempersiapkan antigennya sendiri sebagai persyaratan
penerbangan di bandara Soekarno Hatta menuju bandara Komodo.
Di bandara Soeta Jakarta. 28 Desember 2020. Pagi itu, mereka janjian bertemu di depan bandara, sebelum chekin. Setelah saling menyapa merekapun langsung boardingpas. Tidak banyak percakapan diantara mereka, namun keduanya sudah bergandengan tangan menaiki pesawat yang segera lepas landas menuju bandara Komodo – Labuan bajo, NTT.
Akhir tahunpun dihabiskan bersenda gurau dihamparan pasir putih dan menikmati
birunya laut flores di pulau Seraya kecil, yang berjarak 10 Km sebelah utara
Kota Labuan Bajo. Sebuah pulau mungil nan eksotis dengan cottage yang indah,
menambah susasana akhir tahun 2020 yang romantis bagi pasangan Coronial yang
sedang
kasmaran.
Kabupaten Tabanan - Bali |
“Perjalanan wilayah Indonesia Timur sangat berkesan walaupun belum sampai Raja Ampat Papua. Saya jadikan pembelajaran spiritual. Saya merasakan pembelajaran masih terus berlangsung melalui proses sileksi NYA di sebuah perjalanan kehidupan. Hingga kaki-kaki ringkih ini tak sanggup lagi menopang tubuh” ungkap Perkakas mengkisahkan petualangannya, sembari menuangkan kembali cocktail sari ketimun kedalam sloki cak getuk yang sudah kosong. Entah rasa coktail apalagi, yang akan diisikan kedalam sloki cak getuk nantinya...
Pesan bagi pembaca yang mampir dalam kisah ilustrasi ini.
Jangan lupa !!
Selalu ucapkan terimakasih kepada sang pemberi,
lalu teguk isi slokimu dan ambil hikmahnya sebijaksana mungkin.