Rabu, 21 Juli 2021

KEHIDUPAN DALAM ANIMASI

 Unek-unek cak getuk kali ini mewakili akar rumput yang mencurahkan keprihatinan lantaran situasi yang semakin hari semakin tidak mengasyikan.

 Usaha harian, hasilnya semakin tidak jelas saja. kebutuhan hidup harus dipenuhi. Bayar listrik, bayar kontrakan, bayar tagihan bank keliling, sampai biaya sekolah swasta anak. mereka menolak dibayar dengan masker plus sertifikat fucksin. Semuanya harus dengan uang cast..(hadeh)

TENTUKAN PILIHANMU
 Mau curhat kepada Gusti Allah secara berjamaah, dilarang. Sarana ibadah ditutup. Alasannya memutus matarantai penyebaran corona...(aneh). Virus kok ditakuti..! Bukankah virus itu sudah ada dari dulu dan sudah seliweran. Di tahun 2000an di negara lain sibuk dengan, ebola, sars, flu burung, flu hongkong dan sebagainya.. Pemerintah santai aja, mediapun tidak meneror dengan propagandanya dan kami para akar rumput tidak terganggu, pedagang asongan normal jualan, anak-anak bisa sekolah dan tamasya, setiap ritual Hari Raya kami beribadah dengan khidmat.

 Bicara hidup dan kematian adalah hak periogratif Gusti Allah, sakit dan sehatnya seseorang bagi kaum papa (akar rumput) merupakan hidayah dari Allah. (Ini asumsi pribadi saya, loh..) seolah dijauhkan dengan pencipta kita sendiri, tidak ada lagi puja-puji atas kekuasaan Allah secara berjamaah, sekarang dilakukan secata individu, ibarat sampah yang terserak.

 Terkikis sudah kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, dimulai dari letupan kecewa, lelah dan frustasi diberbagai daerah yang semakin lama akan terus bergulir laksana bola salju yang bisa memporak porandakan tatanan di negeri +62.

 Bila sudah hancur lebur pulau-pulau berubah kepemilikannya, tidak ada lagi Kepulauan Indonesia. Negeri +62 menjadi sebuah sejarah yang bisa dilupakan.

 Halusinasiku ini membuatku ketakutan, hingga aq memilih menceburkan diri kedalam gelas bekas kopi yang belum dibayar...  KLIK ANIMASI LENGKAPNYA  DI BAWAH INI


Senin, 05 April 2021

Mimpi Dari Warga +62 untuk +60

Ini adalah sebuah mimpi yang tertuang dalam goresan keprihatinan atas semua tragedi dan musibah yang tak kunjung pergi, seakan mengikis optimis menjadi frustasi ditengah masyarakat. Tidak ada ada pekerjaan, tidak ada uang, tidak bisa berbuat apa-apa. Katanya ingin menjadi mercusuar dunia, tapi kapan..? 

Walaupun sekedar mimpi yang tergores atau sekedar renungan yang diharap, mampu menyadarkan kita untuk terbangun kesadaran setiap insan. Bangkit mewujudkan mimpi serta merealisasikan kemaslahatan secara harmonis antar sesama, Tuhan Semesta Alam sudah menciptakan Bangsa – bangsa dengan beragam ras untuk saling mengenal satu sama lain, serta seiring sejalan menggapai kesejahteraan antar umat.

 Entah, sadar atau tidak. Selalu ada konfrontasi diantara kita dan sepertinya, memang diharapkan  supaya kita terpecah belah melalui berbagai cara yang dilakukan oleh kelompok yang tidak menginginkan persatuan, persaudaraan dan kedamaian. Berbicara mengenai persaudaraan, ternyata Gusti Allah SWT telah menciptakan Negara kembar yang lengkap dengan keindahannya seperti Indonesia dengan Malaysia. Kedua negara tersebut banyak persamaan dalam masalah kultur budaya.



 

Jalur di Selat malaka 
 membuat iri negara lain

Lalu kitapun dihasut dengan berbagai cara, dengan tujuan tercipta konflik antara Indonesia - Malaysia sampai lupa untuk mensejahterakan warganya. Ingat kita sudah diberi Tuhan sebuah selat yang memisahkan kita, tetapi kita berdua tidak berupaya untuk mendekat dengan bekerja sama (Indonesia dan Malaysia) Kita masih sibuk dengan nafsu, mencari celah untuk saling menguasai. Hingga  pamer alat militer yang kita beli dari negara produsen senjata perang. Bukannya dapat untung, malah banyak mudharatnya..!

Kita semua tahu bahwa Selat Malaka merupakan jalur perdagangan yang super sibuk sejak lampau sebelum Malaysia dan Indonesia terlahir. Sejak dahulu para saudagar selalu melintasi jalur tersebut. Selat Malaka bila dikelola secara bijak akan menguntungkan keduanya. Selat Malaka merupakan jalur strategis untuk mengikat persaudaraan Indonesia - Malaysia bila kedua Pemerintahannya, sepakat bekerjasama mencipatakan kemaslahatan, contoh gampangnya membangun rest area di pesisir pantai Selat Malaka misalnya, atau jasa cuci kapal dan lain sebagainya. Namun sayang, kedua pemerintahan kita tidak merajut kerjasama tersebut.

 

dok: Ist

Contoh lainnya ada Terusan Suez di daratan Mesir dan Terusan Panama, keduanya dibuat dengan tenaga Manusia dengan banyak yang dikorbankan saat pembangunannya. Kita memiliki Selat Malaka tanpa repot menggali, selat yang memiliki panjang 800 Km dengan lebar 65 Km, semakin ke utara memiliki lebar 250 Km tersebut sudah tersedia  (Subahanallah. Keren khan, brow...!!) Yang harus dilakukan cukup merawat, menjaga lalu memanfaatkan bersama untuk keperluan antar umat Manusia. Tetapi Indonesia dan Malaysia malah sibuk untuk menguasai selat tersebut.

foto dok, istimewa

 Penulis sebagai warga Indonesia yakin kalau saudaraku satu rumpun di Malaysia sama-sama menyadari bahwa Kita sudah terlena dan sudah dimanfaatkan oleh pihak lain. Ayo saudaraku, sahabatku dan pemerintahanku bersama kita bersatu, membangun kemaslahatan bersama, dipesisir selat Malaka.

 Melalui unek-unek (keluh-kesah) yang tertulis ini, bahwa kita atas nama warga +60 dan +62 sepakat menjalin persatuan menciptakan kedamaian bersama, mewujudkan kemaslahatan untuk semua umat dipenjuru dunia, wabilkhusus Asia Pasific. Semoga harapan bisa terbangun  kesadaran untuk memanusiakan manusia. Bahwa kita sebagai Warga Negara Indonesia dan Malaysia sedang silaf (hilaf) karena asyik berTik-Tokan, larut dalam hasutan melalui gawai, sibuk cari uang untuk beli vaksin, hingga Pemerintahan kita sibuk meredakan bom yang meneror. (****)   

Yang ga' suka  baca silahkan  KLIK INI


TENTUKAN SELERA DENGAN JARIMU DISINI

👆👆.....👍👍 



Senin, 01 Maret 2021

Unek-Unek Muntah Miras

Beberapa pekan ini, banyak Meme dan video yang menggelitik mengenai Minuman Keras (Miras), hingga seruan dan ajakan dari kelompok masyarakat yang disebarluaskan melalui grup media sosial. Isinya unek-unek menolak kebijakan Presiden Joko widodo yang membuka ijin investasi miras, baik bersekala besar dan kecil dan diberlakukan di daerah tertentu. Menurut sumber berita ternama dari, Kompasdotcom/28Feb2021/14.00.WIB.

 Pada hari Selasa, 2 Februari 2021 Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja dalam lampiran III Perpres mengenai bidang usaha dengan persyaratan tertentu. Termasuk Miras (Minuman Keras) menjadi legal, tetapi untuk daerah tertentu. Asumsi Cak Getuk selaku penulis kafiran, dalam menyikapi fenomena diatas sangatlah lumrah adanya Pro dan kontra dalam sebuah kebijakan pemerintah. Namun legalnya Miras itu bersyarat dan hanya untuk daerah tertentu saja.

 Di NKRI memang memiliki keberagaman budaya dan sudah menjadi tradisi budaya, mengenai minuman tersebut. Seperti di Provinsi Bali, Sulawesi Selatan, NTT dan Provinsi Indonesia Timur lainnya. Miras merupakan sebuah tradisi adat dalam menyambut tamu kehormatan yang disambut khusus oleh tetua adat. Orang flores, Kabupaten Manggarai Provinsi NTT menyebutnya inung wae kolang dengan menyuguhkan minuman tuak/balo/cap tikus/sopi/arak kepada tamunya, dan setiap daerah memiliki sebutan yang berbeda untuk Miras lokal ini. Tuak diproduksi oleh masyarakat setempat dari pohon enau yang banyak tumbuh didaerah tersebut.  

 Menyikapi hal itu, terbukanya peluang usaha mikro kecil dan menengah yang ada didaerah, tentunya bisa menggairahkan perekonomian masyarakat setempat. Dan mungkin Perpres Cipta kerja yang menjadi kebijakan Pemerintah RI dalam melegalisasi produksi miras khususnya untuk daerah tertentu.

 Seandainya minuman lokal tidak diijinkan, hanya boleh menggunakan bir atau cap orang tua, tentunya nilai budayanya tidak orisinil lagi dan hilang kearifan lokalnya. Salah satu contoh tradisi budaya masyarakat Flores, saat ada acara adat menyambut tamu. Tentu sebuah prosesi adat budaya, inung wae kolang harga perjamuan lebih mahal dan yang mendapat keuntungan hanya industri besar saja. Tetunya tidak fair, dalam menjalankan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia.

 Disini kita sebagai masyarakat harus dewasa dan bijaksana dalam menyikapi sebuah informasi. Jangan copas info tetangga, sekedar mengajak yang tidak jelas lalu dishare ulang, mungkin tujuannya ingin menjadi manusia up to date.  

 Yang perlu diketahui untuk masyarakat Jakarta dan sekitarnya, Tuak/Arak/CapTikus/Sopi/Balo tidak mudah didapat. Miras lokal tersebut tidak mudah sampai ke Jabodetabek. Karena minimnya produsen lokal serta belum mendapat binaan serta pengelolaannya belum optimal dari pemerintah daerah. Sementara yang ada hanya untuk tradisi acara budaya daerahnya dan biar tidak gagal paham, penulis sajikan video secara gratis. Mengenai kekayaan yang ada di Nusantara & ikuti channel cerita cak getuk dengan menekan loncengnya, atau klik - link nya DISINI  atau YANG INI

Senin, 11 Januari 2021

Pasar Senggol Upaya Jitu Membangun Ekonomi

 Dalam menumbuhkan ekonomi masyarakat perlu adanya kerjasama antar individu untuk membentuk sebuah kelompok usaha mikro. Baik itu di tingkat RT/RW, Kelurahan / desa hingga tingkat Kecamatan di daerah masing-masing tanpa menyampingkan protokol kesehatan serta mengedepankan kreativitas dan  budaya masyarakat lokal..

Hanya ini yang bisa dilakukan, serta menjadikan satu upaya untuk bisa dilakukan oleh Negara yang besar ini, Pemerintah perlu hadir, untuk mensuport serta membantu secara tulus dan total memfasilitasi melalui dinas-dinas terkait. 

Cerita ini merupakan ilustrasi si penulis dalam mewujudkan Nusantara menuju mercusuar dunia hanya dengan cara dari kita, untuk kita membangun Nusantara.