Siang itu matahari
bersinar begitu terik, seakan membakar kulit dekil Cak Getuk. “Segelas es kelapa
muda sepertinya bisa menyegarkan kerongkonganku yg kering ini” batin pria
berkulit coklat pekat, memesan segelas es, disebuah kedai penjual kelapa.
Sembari meneguk es
segar tersebut, Cak Getuk mengeluarkan android disaku tas mungil yang
menggelantung di pundaknya. Diaktifkan salah satu media sosial yang menjadi
favoritnya. Hingga menunggu cuaca sedikit berdamai, diapun mulai asyik dengan
gadget yang digenggamnya.
Berselancar di
media Youtube, banyak para kreator Youtube memposting tentang perbandingan
kekayaan negara berdasarkan PDB. Dan kerennya para kreator ini, dengan mengulik
data yang diperoleh menjadi sebuah konten keren dalam mendulang viewer. Dan
kontennya menjadi sebuah tontonan yang menarik, perhatian Cak Getuk.
Aneka judul konten
yang beragam tersebut, menggugah jemari Cak Getuk untuk mengklik satu judul dari
yang informatif hingga yang
provokatif-pun ditontonnya. Dalam tayangan konten yang isinya mengulas tentang
sebuah kekayaan negara, mulai dari tingkat Dunia. Asia Pasifik dan Asia Tenggara.
Kalau bicara
mengenai Indonesia, tentunya meringis saat menonton konten perbandingan dalam
sebuah peringkat kekayaan negara ini. Indonesia memiliki nilai Produk Domestik
Bruto (PDB), merilis sebuah situs bps.go.id tahun 2021. mencapai US$ 4.349,5. Atau
Rp 62,2.jt.
Tetapi Cak Getuk
kali ini bukan mengulas tentang perbandingan kaya atau miskin sebuah negara.
Karena kekayaan sebuah negara itu berbeda satu negara dengan negara lain,
lagipula kekayaan sebuah negara merupakan anugerah dari Allah, bila tidak
dirawat secara bijak. Maka kekayaan yang ada bisa rusak dan punah, Sumber Daya Alamnya.
Menelusuri google
map benua Asia dan ditelisik secara zoom-in, Indonesia merupakan sebuah negara
kepulauan yang memiliki garis pantai sepanjang 99.083 Km. Garis Pantai yang panjang dan lautan yang luas, sepertinya belum dikelola secara bijaksana dan optimal. Ditambah lagi
Indonesia merupakan salah satu Negara yang dilintasi garis khatulistiwa, dan
tentunya memiliki tanah yang subur terlebih lagi Indonesia hanya memiliki dua
musim panas dan hujan, dengan penduduk mencapai 273 juta lebih yang tersebar di
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Semua itu
merupakan anugerah kekayaan dari Allah untuk Negara ini, tentunya mengolah
tanpa memusnahkan ekosistem sumber daya alam yang dikelola, harus dengan adil, bijaksana dan semaksimal mungkin. Walhasil PDB kita bisa melejit lebih tinggi atau mungkin, bisa melenting jauh melampaui negara maju.
Kebijakan
pemerintah pusat-pun sudah menggelontorkan dana desa yang cukup besar nilainya. Walaupun
belum merata, tujuan dana desa tersebut digunakan dalam mengelola desa
bersama masyarakatnya. Faktor utama minimnya pertumbuhan ekonomi Indonesia,
bukan karena dampak perang Rusia dengan Ukraina dan bukan pula akibat Pandemi
Covid-19. Tetapi kurangnya kesadaran, dalam membangun untuk kepentingan semua umat.
"Mari kita kilas balik ke masa, dimana Indonesia belum terbit", Indonesia tercipta
bukan karena Masyarakat Jawa, Sumatera, gugusan Kepulauan Riau, gugusan Kepulauan
Seribu, bukan juga Masyarakat Kalimantan, Sulawesi, gugusan kepulauan Nusa –
Bali dan Masyarakat Irian Jaya.
Indonesia diciptakan
atas kesepakatan bersama, Indonesia adalah sebuah warisan dari kakek moyang pendiri
bangsa di masa lalu. Generasi Milenial dan Gen Z saat ini harus menjaga merawat
serta berkarya untuk negeri ini, dalam mewujudkan keadilan sosial bagi
Masyarakat Indonesia.
Merawat dan
menjaga sebuah warisan pusaka ini memang tidak mudah, perlu kesadaran diri yang
tinggi untuk mengelola sumber daya alam yang ada didaerah, tanpa memusnahkan
ekosistemnya. Bergotong royong bersama Pemerintah Daerah dengan Masyarakatnya
dalam mengelola SDA semaksimal mungkin secara bijak, dalam memperoleh hasil
secara optimal.
Bila kesadaran
diri terbangun secara serentak, tentu tidak ada lagi orang bicara atas
nama kelompok, tidak ada lagi pejabat
yang rakus. Semua akan bekerja atas nama kita bersama, mewujudkan kesetaraan
sebuah bangsa di mata dunia.
“Permisi pak,
gelas sisa es kelapanya sudah dikerubungi semut, saya angkat untuk dibersihkan.
Kalo mau pesan lagi, silahkan pak..!” tegur sang penjual membuyarkan lamunan
Cak Getuk, disadarinya sudah ratusan semut merah mengkudeta isi gelas, sisa es
kelapa muda yang belum habis.
Pria berkulit
dekil tersebut berdiri dan mengeluarkan uang dua puluh lima ribu dari saku
celananya. Diselipkan uang tersebut dibawah gelas sisa minuman yang telah dipesannya.
Sambil bergumam, seakan berbicara kepada
pasukan semut yang main serobot saja, memanfaatkan kelengahan Cak Getuk. “ Brow... bubar, pesta
usai..!! ” (#_ #)
PERGI KE CHANNEL